HUKUMAN BAGI PEMINUM KHOMR/ARAK

Dinukil dari kitab Al Kabair Imam Dzihaby

عن عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما قال "لا تعودوا شراب الخمر إذا مرضوا"
قال البخاري وقال ابن عمر لا تسلموا على شربة الخمر
وقال صلى الله عليه وسلم: "لا تجالسوا شراب الخمر ولا تعودوا مرضاهم ولا تشهدوا جنائزهم وإن شارب الخمر يجيء يوم القيامة مسوداً وجهه مدلعاً لسانه على صدره يسيل لعابه يقذره كل من رآه وعرفه أنه شارب خمر".


Dari abdulloh bin amr bin ash rodhiyallohu anhuma berkata :
" janganlah kalian menjenguk para peminum khomr ketika mereka sakit "
al bukhori berkata, dan Ibnu umar berkata :
" janganlah kalian memberi salam kepada peminum khomr "
Rasululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :
" janganlah kalian duduk bersama dengan para peminum khomr, jangan menjenguk peminum khomr yg sakit dan jangan menyaksikan jenazah peminum khomr.
sesungguhnya peminum khomr pada hari kiyamat datang dalam keadaan hitam wajahnya, lidahnya menjulur - julur dan air liurnya mengalir diatas dadanya,
setiap orang yg melihatnya merasa jijik dan mengetahui bahwa dia adalah peminum khomr."

وعن الفضيل بن عياض أنه حضر عند تلميذ له حضرته الوفاة فجعل يلقنه الشهادة ولسانه لا ينطق بها فكررها عليه فقال: لا أقولها وأنا بريء منها فخرج الفضيل من عنده وهو يبكي ثم رآه بعد مدة في منامه وهو يسحب به إلى النار فقال له: يا مسكين بم نزعت منك المعرفة فقال: يا أستاذ كان بي علة فأتيت بعض الأطباء فقال لي تشرب في كل سنة قدحاً من الخمر وإن لم تفعل تبقى بك علتك فكنت أشربها في كل سنة لأجل التداوي فهذا حال من يشربها للتداوي فكيف حال من يشربها لغير ذلك نسأل الله العفو والعافية من كل بلاء.

Dari Fudhail bin iyadh sesungguhnya beliau mengunjungi salah satu muridnya yg akan meninggal, beliau mentalqin syahadat kepada muridnya tapi lisan sang murid tdk bisa mengucapkannya.
beliau mengulang2, kemudian sang murid berkata :
" aku tdk bisa mengucapkannya, dan aku telah terbebas darinya "
kemudian fudhail keluar dari situ dan menangis. selang beberapa waktu beliau melihat muridnya dalam mimpi dan dia digiring keneraka, lalu fudhail berkata :
" wahai orang miskin, sebab apa ma'rifatmu di cabut ?"
dia berkata :
" wahai guruku, dulu aku mempunyai penyakit, kemudian aku mendatangi seorang dokter. dokter bilang bahwa aku disuruh minum khomr satu cawan pertahun , jk tdk meminumnya maka penyakitku tdk bisa sembuh .
kemudian aku meminum khomr setahun sekali satu cawan utk kesembuhan penyakit. "
itu adalah keadaan orang yg meminum khomr utk kesembuhan, lalu bagaimana dengan orang yg meminumnya bukan utk tujuan kesembuhan ?
semoga Allah memberikan keselamatan kepada kita dari semua cobaan .

وسئل بعض التائبين عن سبب توبته فقال كنت أنبش القبور فرأيت فيها أمواتاً مصروفين عن القبلة فسألت أهليهم عنهم فقالوا كانوا
 يشربون الخمر في الدنيا وماتوا من غير توبة

sebagian orang yg telah bertaubat ditanyai sebab taubatnya, dia berkata :
" dulu aku adalah seorang penggali kubur, kemudian aku melihat banyak orang2 yg telah meninggal wajahnya berpaling dari kiblat,
kemudian kutanyakan kepada keluarga mereka, mereka berkata :
" dulunya mereka suka minum khomr di dunia dan meninggal tanpa taubat ."

وقال بعض الصالحين مات لي ولد صغير فلما دفنته رأيته بعد موته في المنام وقد شاب رأسه فقلت يا ولدي دفنتك وأنت صغير فما الذي شيبك فقال يا أبتي دفن إلى جانبي رجل ممن كان يشرب الخمر في الدنيا فزفرت جهنم لقدومه زفرة لم يبق منها طفل إلا شاب رأسه من شدة زفرتها نعوذ بالله منها ونسأل الله العفو والعافية مما يوجب العذاب في الآخرة.

sebagian orang sholeh berkata :
" anakku yg kecil meninggal, setelah aku menguburkannya kulihat dalam mimpi bahwa kepalanya telah memutih. kemudian ku bertanya :
" wahai anakku, aku menguburkanmu dan engkau masih kecil, lalu apakah yg menyebabkan rambutmu beruban ?"
dia berkata :
" wahai ayahku, disampingku dikuburkan seorang lelaki yg dulunya dia adalah peminum khomr di dunia, kemdian jahannam suara nyala apinya terdengar saat kedatangan lelaki tsb di kuburnya dengan suara yg menyebabkan tiada seorang anak kecilpun kecuali akan menjadi beruban,
hal itu disebabkan saking kerasnya suara nyala api jahannam. "
wallohu a'lam.
الكبائر
تأليف : الذهبي
 

Apakah mungkin Sedekah Membuat Kita Rugi?

Apakah mungkin dengan banyak sedekah membuat kita menjadi rugi atau bangkrut??  Sedekah Membuat Kita Rugi?? 

Allah Swt tiada pernah menghentikan pemberian-Nya kepada seluruh makhluk-Nya. Setiap makhluk tercukupi keperluannya. Maka, sudah semestinya kitapun bersikap murah hati dengan mudah saling memberi kepada sesama. Rasulullah Saw mengajarkan kita untuk bersedekah. Sedekah adalah bukti keimanan kita kepada Allah Swt, Dzat Yang tiada pernah berhenti memberi kepada seluruh makhluk-Nya. Banyak sekali manfaat dari sedekah. Diantaranya adalah sebagaimana disebutkan berikut ini,
1. Sedekah itu pembersih.
Apabila zakat itu membersihkan harta, maka sedekah itu bisa membersihkan jiwa. Dalam salah satu haditsnya Rasulullah Saw bersabda, “Lindungilah hartamu dengan berzakat, obati sakitmu dengan sedekah, dan hadapi gelombang kehidupan ini dengan sikap tawadhu kepada Allah dan doa.” (HR. Baihaqi)
2. Sedekah itu menolak bala
Sedekah itu bisa memindahkan seseorang yang akan mendapat takdir musibah, kepada takdir keselamatan. Kita memang tidak pernah tahu kapan musibah akan menimpa kita. Akan tetapi, sebenarnya kita bisa melakukan tindakan pencegahan yaitu dengan bersedekah sebelum melakukan aktifitas. Misalnya adalah dengan bersedekah sebelum berangkat kerja atau sebelum berangkat sekolah.
Ada seseorang yang terbiasa memberikan sedekah setiap kali ia hendak akan berangkat kerja. Hal itu ia lakukan karena ia yakin pada manfaat sedekah yang bisa menghindarkan bala. Suatu ketika, ia ingin mencoba apa yang akan terjadi seandainya ia tidak bersedekah seperti biasanya. Tanpa ia duga, ternyata saat berkendara di jalan raya, ia memasuki jalan yang dilarang untuk dimasuki. Anehnya ia tidak melihat rambu lalu lintas yang sebenarnya ada di permulaan jalan tersebut. Akhirnya ia pun harus berurusan dengan petugas lalu lintas.
Imam Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa salah satu manfaat sedekah adalah bisa menghindarkan seseorang dari musibah. Menurut beliau, hal ini tidak hanya berlaku bagi orang yang memiliki keimanan kuat saja, hal ini berlaku juga untuk pelaku kemaksiatan yang bersedekah. Bahkan hal ini berlaku pula untuk orang yang tidak yakin kepada Allah Swt apabila ia gemar bersedekah. Mudah-mudahan orang-orang seperti ini justru mendapat ganjarannya berupa hidayah keimanan.

3. Sedekah itu memberikan kegembiraan pada orang lain.
Sedekah adalah perbuatan yang sangat disukai oleh Allah Swt. Karena ketika seseorang mengeluarkan sedekah, ia akan membuat orang lain yang mendapatkan sedekah itu menjadi senang dan gembira.
Ketika kita diberi sesuatu yang menggembirakan kita, kita tentu akan merasa senang. Akan tetapi pada hakikatnya, ada yang jauh lebih merasa senang dibandingkan kita. Siapakah? Ia adalah orang yang memberi kepada kita.
Adapun orang yang jauh lebih senang lagi adalah orang yang ketika memberi atau bersedekah dengan tangan kanannya, tangan kirinya tidak mengetahui. Maksudnya adalah bahwa ketika kita bisa berderma, memberi, bersedekah dengan sembunyi-sembunyi, maka Allah Swt akan melimpahkan rasa kebahagiaan dan rasa lega di dalam hati kita. Rasa bahagia yang sangat besar dan tiada bisa terbilai dengan imbalan berapapun atau sanjungan setinggi apapun.
Demikianlah orang yang memberi dengan rasa ikhlas. Berbeda jauh dengan orang yang memberi dengan rasa tidak ikhlas. Orang yang tidak ikhlas itu jika dipuji maka ia akan semangat, jika tidak dipuji maka ia tidak semangat, dan apabila dimaki maka ia akan patah semangat.
Orang yang berderma, bersedekah, memberi dengan rasa ikhlas itu akan mendapat kebahagiaan sedemikian besar di dalam hatinya. Karena ketika itu Allah Swt langsung yang memberikan apresiasi kepada dirinya, langsung ke dalam hatinya. Hatinya pun seketika itu terasa lapang, lega, nyaman dan tenang. Ini adalah karunia yang sangat berharga dan tidak bisa terukur dengan uang atau pujian manusia.
Apabila Allah Swt sudah memberikan penghargaan dan pujian-Nya kepada hati kita, maka hati kita seketika itu akan terhindar dari rasa takut, gelisah, khawatir. Kita tak akan merasa takut terhadap cibiran, omongan, dan hinaan orang lain kepada diri kita. Tidak ada rasa khawatir akan diturunkan jabatan, tidak takut akan dikurangi gaji, tidak takut ada pihak yang mempermalukan. Segala perasaan negatif itu sirna. Perasaan yang tersisa hanyalah ketenangan, ketentraman dan keyakinan yang semakin kuat kepada Allah Swt.
Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar diceritakan bahwa ada seorang laki-laki yang mendatangi Rasulullah Saw. Kemudian laki-laki itu berkata, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling diicintai Allah? Dan amal apakah yang paling dicintai Allah Swt?” Rasulullah Saw menjawab, “Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat buat manusia dan amal yang paling dicintai Allah adalah kebahagiaan yang engkau masukkan ke dalam diri seorang muslim atau engkau menghilangkan suatu kesulitannya atau engkau melunasi utangnya atau engkau menghilangkan rasa laparnya. Dan sesungguhnya aku berjalan bersama seorang saudaraku untuk (menuaikan) suatu kebutuhan, itu lebih aku sukai daripada aku beritikaf di masjid ini—yaitu Masjid Madinah—selama satu bulan. Dan barangsiapa yang menahan amarah maka Allah akan menutupi kekurangannya dan barangsiapa menahan amarahnya padahal dirinya sanggup untuk melakukannya maka Allah akan memenuhi hatinya dengan harapan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang berjalan bersama saudaranya untuk (menunaikan) suatu keperluannya sehingga tertunaikan (keperluan) itu maka Allah akan meneguhkan kakinya pada hari tidak bergemingnya kaki-kaki (hari perhitungan).” (HR. Thabrani)
Orang yang memiliki kegemaran dalam berbagi dengan sesamanya, akan merasa butuh untuk memberikan kebahagiaan kepada orang-orang di sekitarnya. Bentuknya bisa dengan sapaan hangat, ucapan salam diiringi senyuman, membantu meringankan beban, membantu melunasi utang, mengirim makanan atau pemberian-pemberian lainnya.
4. Sedekah itu memberkahkan rezeki.
Allah Swt berfirman,
“Katakanlah, “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)”. Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba` [34]: 39).
5. Sedekah itu mencukupkan rezeki terus-menerus.
Seringkali kita mendengar seruan-seruan agar kita menjadi manusia yang kaya raya. Padahal, jika kita mengkritisinya sejenak, apa jadinya jika seluruh orang di satu kota saja misalnya, semua kaya raya. Tidak akan ada yang mau menjadi tukang cukur, tak akan ada yang mau menjadi tukang sayur, tidak akan ada yang mau menjadi sopir angkot, tidak akan ada orang yang mau berjualan di warung. Karena semua sudah bergelimang harta kekayaan. Kehidupan tidak akan berjalan normal.
Sungguh, bukanlah menjadi kaya raya yang penting. Apa yang terpenting dari harta yang kita miliki adalah keberkahannya. Jangan silau dengan istilah ‘kaya’, karena biasanya istilah tersebut identik dengan hawa nafsu. Apalagi Islam mengajarkan tentang sikap Qanaah atau merasa cukup dengan apa yang ada, bersyukur menerima hasil yang diberikan oleh Allah sembari bersabar dan tidak putus asa dalam berusaha.
Tak ada artinya jika harta kekayaan tidak pernah menimbulkan rasa cukup di dalam diri kita. Tidak ada artinya kekayaan melimpah jika ternyata kita terus-menerus merasa kurang atau selalu tidak puas. Seperti tak ada manfaatnya punya sepatu sekian banyaknya ketika yang dipakai hanyalah sepasang saja. Tidak baik kita banyak makan, tapi yang baik adalah cukup makan. Tidak baik kita banyak tidur, tapi yang baik adalah cukup tidur.
Dalam salah satu haditsnya Rasulullah Saw bersabda, “Tidaklah kekayaan itu dengan banyak harta, tetapi sesungguhnya kekayaan itu ialah kekayaan jiwa.” (HR.Hadis riwayat Bukhari Muslim).
Bagi seorang muslim, kekayaan ilmu, kekayaan hati, kaya amal, kekayaan budi pekerti, itu jauh lebih berharga daripada kekayaan harta benda. Kaya ilmu, kaya hati, kaya amal, dan kaya budi pekerti itu akan mendatangkan kekayaan-kekayaan lainnya termasuk kekayaan harta benda.
Sedangkan jika kaya raya dalam hal uang, apa sih sebenarnya makna uang? Uang itu tak lebih dari sekedar kertas dan logam yang berpindah. Mulanya berpindah ke tangan kita, tak lama kemudian berpindah lagi kepada istri untuk belanja, pada anak untuk bayar sekolan atau jajan, ke warung, ke pom bensin, untuk cicilan, lalu habis. Kemudian kita menunggu uang berikutnya datang kepada kita untuk mengalami proses yang sama, yaitu berpindah-pindah. Jika kita terlalu sibuk dengan uang, maka sebenarnya kita sedang menyia-nyiakan hidup hanya untuk memindah-mindah kertas dan logam semata.
Apakah jika menjadi kaya raya maka porsi makan kita jadi semakin banyak? Tidak, masih sebegitu saja. Apalagi jika semakin tua, makanan dan minuman pun semakin banyak pantangan karena masalah kolesterol, asam urat dan penyakit-penyakit lainnya. Uang yang hanya dikumpul-kumpul saja tidak akan memberikan manfaat apa-apa, malah hanya akan menjadi racun. Lantas harus diapakan jika kita memiliki limpahan uang?
Berbagilah, berdermalah, bersedekahlah, maka uang akan menjadi berkah. Tidak perlu takut uang akan berkurang atau habis. Bersedekah dengan ikhlas justru malah akan membuatnya menjadi semakin berlimpah kebaikan dan keberkahan. Rezeki itu hanya berbentuk tiga macam. Yaitu yang dimakan kemudian jadi kotoran, yang dipakai jadi usang, dan yang disedekahkan di jalan Allah Swt. Sedangkan harta selebihnya hanyalah ngaku-ngaku saja sebagai milik kita.
Oleh karenanya, orang yang paling konyol adalah orang yang melakukan kejahatan korupsi. Apalagi jika si pelaku sudah berusia senja. Betapa tidak, ia mencuri namun ia tidak bisa menikmati hasil curiannya. Bahkan sekedar menyembunyikan curiannya saja ia kesulitan. Ada juga yang hingga menyimpannya di luar negeri. Bagaimana tidak disebut konyol orang yang seperti ini karena dia begitu berambisi memiliki harta yang sama sekali tidak bisa ia nikmati dan malah hanya menimbulkan rasa tidak tenang di dalam hatinya. Ia tegang karena sangat ketakutan perbuatannya terungkap. Lebih konyol lagi, ia mencuri, namun tak bisa memegang dan melihat curiannya. Sementara hukuman dari Allah Swt menantinya.
Setiap perbuatan dosa pasti menimbulkan kegelisahan. Allah Swt tidak akan pernah memberikan ketenangan kepada para pelaku kedzaliman. Tidak ada ceritanya kekayaan bisa mendatangkan ketenangan. Keberkahanlah yang bisa mendatangkan ketenangan di dalam jiwa manusia.
Oleh karenanya, jika kita menginginkan ketenangan, maka besarkanlah semangat untuk berbagi, berderma, bersedekah. Sungguh tidak akan berkurang harta kita karena melakukan sedekah. Apalagi jika kita gemar memberikan sedekah setiap ba’da shalat Shubuh.
Dalam salah satu haditsnya Rasulullah Saw bersabda, “Setiap pagi, ketika hamba Allah bangun, ada dua malaikat yang turun ke bumi. Malaikat yang satu berdoa, “Ya Allah, berilah ganti (harta bagi orang yang berinfaq)”. Malaikat yang kedua berdoa, “Ya Allah berilah kebinasaan bagi orang yang menahan hartanya.” (HR. Muttafaq‘alaih)
Hadits tersebut di atas menjelaskan keutamaan bersedekah di pagi hari yaitu setelah shalat Shubuh dilaksanakan. Baiknya bersedekah setelah shalat Shubuh itu hingga pelakunya didoakan oleh malaikat. Malaikat meminta kepada Allah Swt agar Dia memberikan ganti dan balasan berlipatganda kepada orang yang bersedekah di waktu-waktu tersebut. Darimanakah balasan itu? Dari jalan yang tiada pernah disangka-sangka oleh manusia. Bukankah sejak kita dilahirkan, kita tidak pernah bisa mengerti sepenuhnya bagaimana sebenarnya kita bisa bertahan hidup. Sungguh, Allah Swt Yang telah mencukupkan rezeki untuk kita.
Ada seorang ibu berusia tujuh puluh satu tahun. Ketika ibu ini berusia empat puluh lima tahun, suaminya meninggal dunia dengan meninggalkan delapan orang anak. Tujuh tahun sebelum wafat, suaminya itu sudah jatuh sakit. Bayangkan, betapa rezeki ibu tersebut bersama anak-anaknya dan juga suaminya beres, tercukupi. Demikian juga ketika suaminya telah tiada. Tinggallah ia bersama delapan anaknya, belum ditambah dengan kehadiran cucu-cucunya. Darimanakah rezeki mereka? Sungguh, Allah Swt Yang telah mencukupkan rezeki mereka.
Ada lagi, seorang ibu yang suaminya meninggal dunia dengan meninggalkan anak yang banyak. Sementara, sang suami tidak meninggalkan harta kekayaan yang banyak. Ketika ada seseorang yang prihatin melihat ibu itu dan bertanya kepadanya bagaimanakah selanjutnya ia akan menghadapi hidup setelah suaminya meninggal dunia, bagaimanakah ia menghidupi anak-anaknya. Ibu itu menjawab, “Suami saya bukanlah pemberi rezeki. Suami saya hanya perantara rezeki. Bahkan suami saya pun pemakan rezeki, sama seperti saya. Bukankah Allah Swt Penjamin rezeki kita. Suami saya memang sudah tiada. Tapi, Allah akan selalu ada.”
Orang yang bersedekah tiada pernah akan rugi. Ia senantiasa dikelilingi oleh berbagai macam keberuntungan. Orang yang pelit, gemar mengumpulkan harta kekayaan lalu menyimpannya tanpa mau bersedekah, maka orang seperti inilah yang akan banyak menemui situasi sulit.
Latihlah diri kita untuk ringan bersedekah. Setiap kali mendapatkan rezeki misalnya berupa uang, sisihkanlah sekian persen untuk sedekah. Latih terus diri kita agar semakin terbiasa. Sungguh, tidak ada yang menjadi miskin gara-gara bersedekah.
Latihlah diri untuk selalu berbagi. Sekiranya perbedaan harga tidak terlalu jauh, seribu dua ribu, tidak perlulah kita adu tawar sedemikian sengit. Niatkan saja berbagi. Jika kita melihat warung yang penjualnya sudah sepuh namun apa yang didagangkannya masih layak, berbelanjalah kepadanya. Berbagilah dengannya. Karena ia pun membutuhkan pendapatan untuk makan sehari-hari, untuk membayar tagihan listrik dan air, mungkin juga untuk membayar kontrakannya, untuk memberi kepada anak atau cucunya, atau juga mungkin ia sedang menabung untuk berangkat ibadah haji. Tidak perlu kita pelit untuk berbelanja kepada orang seperti ini. Bukankah ia saudara kita juga. Bukankah ia hamba Allah Swt juga.
Khusus untuk para perokok, cobalah untuk menghitung. Ada satu cerita, seorang perokok yang akan berangkat ke masjid untuk shalat Jumat. Ia sudah memasukkan uang seribu rupiah ke satu kanan dan uang sepuluh ribu rupiah ke saku sebelah kiri. Saat kencleng lewat di depan dirinya, ia sedang dalam kondisi setengah mengantuk, sehingga tak sadar yang ia masukkan ke dalam kencleng adalah uang dari saku sebelah kiri.
Selesai shalat Jumat, ia pergi ke sebuah warung untuk membeli rokok. Begitu rokok sudah di tangan dan ia hendak membayar, betapa terkejutnya saat ia merogoh ke dalam saku. Ia pun panik.
Betapa si perokok ini sangat menyesali kecerobohannya yang telah memasukkan uang sepuluh ribu rupiah ke dalam kencleng masjid. Padahal rencananya yang akan ia masukkan ke dalam kencleng adalah seribu rupiah. Penyesalan yang sungguh ironi.
Coba dihitung, jika satu hari ia menghabiskan sepuluh ribu rupiah untuk rokok, maka satu bulan adalah tiga ratus ribu, dan setahun adalah tiga juta enam ratus! Sedangkan ketika shalat Jumat, ia hanya memberi seribu untuk kencleng, satu bulan berarti empat ribu, dan setahun berarti empat puluh delapan ribu! Lihatlah perbedaannya, dalam setahun merokok menghabiskan Rp 3.600.000, sedangkan setahun sedekah hanya Rp 48.000!
Jika ada orang yang berkata bahwa tidak penting besaran angkanya karena yang penting adalah keikhlasannya, maka lihatlah kembali ketika sedekah dibandingkan dengan merokok. Ironis sekali. Hal yang kebaikannya dijanjikan langsung oleh Allah Swt, kalah jauh dengan hal yang justru mendatangkan kerusakan pada tubuh manusia, padahal tubuh adalah titipan dari-Nya. Jika sudah demikian, maka sesungguhnya sesembahan bagi si perokok adalah rokok, bukan Allah. Karena ia lebih mengutamakan rokok ketimbang Allah.
Ditulis oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )
Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung – Jakarta.
 

AKU SUKA KAMU, AKHI….

“Aih, Kenapa Sih,… Kok Islam Melarang Pacaran??


Begitu keluhan fulanah. Buat Fulanah ia melihat ada sisi positif yang bisa diambil dari pacaran ini. Pacaran atau menurutnya ‘penjajakan’ antara dua insan lain jenis sebelum menikah sangat penting agar masing-masing pihak dapat mengetahui karakter satu sama lainnya (dan biasanya untuk memahami karakter pasangannya ada yang bertahun-tahun berpacaran lho!!).

Fulanah menambahkan ,”Jadi dengan berpacaran kita akan lebih banyak belajar dan tahu, tanpa pacaran?? Ibarat membeli kucing dalam karung!! Enggak deh…!”
Kemudian ia menambahkan “Bila suka dan serius bisa diteruskan ke pelaminan bila tidak ya,..cukup sampai disini..bye-bye!!, Mudahkan?”

Hmm… Fulanah tidakkah engkau melihat dampak buruk dari berpacaran ini, ketika masing-masing pihak memutuskan berpisah??…

Fulanah apakah engkau yakin benar apabila “putus dari pacaran” hati ini tidak sakit? Benarkah hati ini bisa melupakan bekas-bekas dari pacaran itu? Tidakkah hati ini kecewa, pedih, atau ikut menangis bersama butiran air mata yang menetes??

Sulit dibayangkan! Karena memang begitulah yang saya lihat didepan mata menyaksikan orang yang baru saja putus pacaran…

Bila memang kita tanya semua wanita muslimah seusia Fulanah (yang sedang beranjak dewasa) maka akan melihat ‘pacaran’ ini dengan sejuta nilai positif. Jadi, jangan merasa aneh bila kita dapati mereka merasa malu dengan kawannya karena belum punya pacar!!..
Duh,..kasihan sekali…

Wahai ukhti muslimah… Mari kita tela’ah bersama dengan lebih dalam. Berdasarkan fakta yang ada, bila anda mau menengok sekilas ke surat kabar, tetangga sebelah atau lingkungan sekitar, siapa sebenarnya yang banyak menjadi korban ‘keganasan’ dari pacaran ini? Wanita bukan??.. Bila anda setuju dengan saya, Alhamdulillah berarti hati anda sedikit terbuka. Ya,… coba lihat akibat dari berpacaran ini. Awalnya memang hanya bertemu, ngobrol bareng, bersenda gurau, ketawa ketiwi, lalu setelah itu?? Tentu saja setan akan terus berperan aktif, dia baru akan meninggalkan keturunan Adam ini setelah terjerumus dalam dosa atau maksiat.

Pernahkah anda mendengar teman atau tetangga ukhti hamil di luar nikah?
Suatu klinik illegal untuk praktek aborsi penuh dengan kaum wanita yang ingin menggugurkan kandungannya?
Karena sang pacar lari dengan langkah seribu atau tidak mau kedua orangtuanya tahu?
Atau pernahkah engkau membaca berita ada seorang wanita belia yang nekat bunuh diri minum racun serangga karena baru saja di putuskan oleh kekasihnya??

Sadarkah kita, bahwa sebenarnya kaum hawalah yang banyak dieksploitasi dari ‘ajang pacaran ini?
Sungguh, islam telah memuliakan wanita dan menghormati kedudukan mereka. Tidak percaya??lihat hadits ini..

”janganlah sekali-kali seorang laki-laki berduaan dengan seorang perempuan, melainkan si perempuan itu bersama mahramnya”  (HR.Bukhari, Muslim dan Ahmad).
Islam melarang laki-laki untuk berduaan tanpa ada orang ketiga karena islam tidak menginginkan terjadinya pelecehan ‘seksual’ terhadap wanita. Sehingga jadilah mereka wanita-wanita muslimah terhormat dan terjaga kesuciannya. Untuk kaum laki-laki pun islam melarang mereka menyentuh wanita yang bukan mahramnya coba simak hadits ini :

“Sungguh bila kepala salah seorang ditusuk dengan besi panas lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya” (HR.Thabrani, dalam Mu’jamul Kabir).
“Seandainya ditusuk pada kepala salah seorang kalian dengan jarum besi panas, maka itu lebih baik dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thobroni, Lihat As Shohihah : 226)


Nah, jelas bukan mengapa islam melarang pacaran??

Bila memang seorang laki-laki ingin serius menjalin hubungan dengan seorang wanita, maka islam telah menyediakan sarananya, yaitu menikah. Karena islam Bukanlah agama yang kaku, maka islam menganjurkan kepada masing-masing pihak untuk saling berkenalan (ta’aruf). Tentu saja tidak berduaan lho, …harus ada pihak ketiganya.  Setelah itu? Ya,. selamat bertanya tentang biografi calon pasangan anda, apabila kurang jelas, masih kurang yakin..islam menganjurkan mereka untuk shalat istikharah agar di berikan pilihan yang mantap yang nantinya insya Allah akan berakibat baik bagi dunia dan akhirat kedua belah pihak. Setelah mantap dan yakin akan pilihannya..kuatkan azzam (tekad), dan Bismillah… menikah..!! Indah bukan??
 

SYI’AH Dari Kitab Mereka

SYI’AH
dari kitab mereka
Oleh:
H. Abdul Somad, Lc., MA.
Perbedaan Syi'ah dengan Ahlus-Sunnah wal Jama'ah itu Furu' atau Ushul?
Langsung saja ke TKP... ;)


http://www.mediafire.com/view/5cgbg7sy53uj2ee/Syiah-Dari-Remaja-Dan-Pemuda-Islam.pptx
 

Inilah Istighfar Mustajab Untuk Mencegah Banjir ( Harap di baca, PENTING )


Pada shalat Jum’at lalu, isi khutbah sang khatib menginspirasi saya untuk membuat tulisan ini. Tema yang diangkat oleh sang khatib (kurang lebih) adalah “Istighfar Penolak Bencana”. Beliau menjelaskan bagaimana bencana alam silih berganti menimpa negeri ini, mulai dari gunung berapi, tsunami, dan yang terakhir adalah banjir besar di Jakarta. Kemudian beliau berkata bahwa ini semua adalah tanda-tanda bahwa masyarakat kita sudah jauh dari ‘agama’. Dan ia mengatakan bahwa jalan satu-satunya untuk mengatasi permasalahan itu adalah “beristighfar”.
QS 8 Al Anfaal (Harta Rampasan Perang) : 33
… Dan tidaklah Allah akan mengazab mereka, sedang mereka MEMINTA AMPUN (BERISTIGHFAR).
Beliau juga menyebut beberapa hadits, yang semuanya berkisar pada pertanyaan para sahabat kepada Rasulullah SAW, tentang bencana yang menimpa mereka, mulai dari kekeringan hingga kematian. Dan semua jawaban Rasulullah SAW terhadap berbagai pertanyaan tersebut hanya satu : “Perbanyak istighfar.”
Sampai di sini tidak ada yang perlu diperdebatkan. Kemudian beliau melanjutkan : “Oleh karena itu para jemaah, jika kita semua bangsa Indonesia yang Muslim mampu bersama-sama mendekatkan diri kepada Allah seraya mengucapkan kalimat istighfar : “astaghfirullah’aladziim”, maka insya Allah negeri ini akan langsung terbebas dari segala permasalahan dan bencana yang senantiasa menimpa negeri ini!”
Ini yang sedikit perlu dikoreksi.
Saya katakan bahwa inilah kerancuan berpikir yang seringkali terjadi di kalangan umat Islam. Bagaimana umat Islam masih seringkali memandang kalimat-kalimat basmallah, hamdallah, istighfar, dll itu seolah-olah sebagai “mantera-mantera” atau “magic words”.
Sebagai seorang Muslim, saya beriman kepada Al Qur’an, dan saya juga menerima hadits-hadits yang disebutkan oleh khatib tersebut. Akan tetapi .. ayolah, jangan memandang ayat-ayat dan hadits-hadits tersebut sedangkal itu. Sesungguhnya pengertian “istighfar” itu lebih dalam dibandingkan sekedar mengucapkan di bibir, kalimat berbahasa Arab : “astaghfirullah’aladzim”.
Pengertian “istighfar” adalah “memohon ampun kepada Allah (sembari berjanji tidak akan mengulanginya lagi)”.
Dalam kasus banjir Jakarta misalnya. “Istighfar” akan bisa menyelamatkan warga Jakarta dari banjir di masa yang akan datang apabila seluruh warga Jakarta memohon ampun kepada Allah, dan berjanji untuk tidak lagi :
Membuang sampah sembarangan, terutama di sungai dan selokan.
Merusak hutan yang berfungsi sebagai benteng pertahanan terhadap banjir.
(Bagi Pemerintah dan Wakil Rakyat) Meminta bagian dari pekerjaan-pekerjaan pada pembangunan infrastruktur kota, yang mengakibatkan hasil pembangunan tidak sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan.
Berbondong-bondong pindah ke kota Jakarta hanya untuk mengejar materi, sehingga dari tahun ke tahun jumlah penduduk Jakarta selalu meningkat.
Inilah bentuk “istighfar” yang sesungguhnya, dan lakukanlah itu dengan penuh rasa tanggung jawab secara moral kepada Tuhan Sang Pencipta alam semesta.
Jadi bukannya ramai-ramai mengucapkan mantera : “astaghfirullah’aladzim”, kemudian tiba-tiba banjirnya bisa hilang, apalagi menyalahkan patung telanjang yang ada di Istana Merdeka!
Allah tidak sedang bermain trik sulap, apalagi menjadikan kita seperti Harry Potter yang harus menguasai berbagai macam mantera untuk mencapai kesejahteraan hidup. Segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini ada oleh karena “sebab akibat”. Barang siapa mencederai alam, maka alam tidak akan bersahabat.
Al Qur’an sangat jelas mengatakan bahwa berbagai bencana yang melanda manusia itu adalah akibat tangan-tangan mereka sendiri :
QS 42 Asy Syura (Musyawarah) : 30
Dan apa MUSIBAH yang menimpa kamu maka adalah DISEBABKAN oleh PERBUATAN TANGANMU SENDIRI, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).
QS 4 An Niisa (Wanita) : 79
Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja BENCANA yang menimpamu, maka dari (KESALAHAN) DIRIMU SENDIRI. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.
QS 30 Ar Ruum (Bangsa Romawi) : 41
Telah nampak KERUSAKAN DI DARAT DAN DI LAUT DISEBABKAN karena PERBUATAN TANGAN MANUSIA, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Jadi rumusnya sudah jelas, bahwa siapa yang berbuat maka ia akan memetik buahnya. Bencana yang terjadi adalah akibat manusia itu sudah tidak lagi bersahabat dengan alam. Itulah Sunatullah atau rumusan semesta yang telah digariskan-Nya, dan sekali lagi Allah tidak sedang menciptakan “dunia sihir” beserta mantera-manteranya.
Seorang Muslim sejati akan senantiasa memohon ampun kepada-Nya, seraya berjanji tidak akan mengulangi lagi segala kesalahannya.
Seorang Muslim yang memohon ampun dengan sebenar-benarnya tidak akan lagi mau merusak alam, tidak peduli lingkungan, dan mengeksploitasi alam untuk kepentingan pribadi.
Jika itu kesadaran yang bisa dijalankan bersama-sama oleh segenap umat Islam di Indonesia, insya Allah negeri ini akan benar-benar terhindar dari bencana alam.
QS 8 Al Anfaal (Harta Rampasan Perang) : 33
… Dan tidaklah Allah akan mengazab mereka, sedang mereka MEMINTA AMPUN (BERISTIGHFAR).
Allahu’alam …
Semoga bermanfaat!!

 

Doa Diajarkan Kepada Kita Sebagai Psikoterapi

Pil atau obat tak akan manjur bila tidak disertai keyakinan positif dari orang yg menelan pil itu. Kita mungkin pernah mendengar apa yg dinamakan pil "PLACEBO" [Plasebo]. Obat plasebo diberikan kepada pasien dengan alasan psikologi. Plasebo tidak mengandung efek fisiologi. Tak ada bahan aktif di dalamnya. Kerja bagian-bagian tubuh tidak dipengaruhi oleh pil plasebo. Karena pil plasebo kemungkinan besar dibuat dari TEPUNG TAPIOKA atau BERAS semata-mata.

Namun, nyatanya ada orang yg sembuh dari penyakitnya gara-gara si pasien yakin bahwa obat yg diberikan oleh dokter itu obat manjur. Jadi, yg pertama-tama memengaruhi kemanjuran obat adalah keyakinan si pasien. Nah, doa merupakan terapi kejiwaan. Penyembuhan melalui efek kejiwaan!!
 

ILMU TINGKATAN MAKRIFAT "AGAR DOA TERKABUL"

Membersihkan diri lahir dan batin merupakan kebutuhan pokok bagi Ingsun Sejati. Makanan dan minuman Ingsun Sejati tidak berupa material bumi, tetapi berupa amalan, budi pekerti yg makruf, dan perbuatan hati yg luhur. Dalam bahasa hadis disebutkan "Berbudipekertilah dengan budipekerti Allah". Kalau kita sudah berakhlak dgn akhlaknya Allah, niscaya Allah mengabulkan permohonan kita.
Sekarang mari kita simak ayat Al-Qur'an yg menyatakan hubungan doa dan perkenan Allah. PERTAMA, jelas sekali bahwa Allah mengabulkan orang yg berdoa kepada-Nya yg tidak menyombongkan diri dari beribadah kepada-Nya. Ingat, ibadah tidak berarti semata-semata menjalankan ritual agama, tetapi kosong dari makna ibadah itu sendiri. Ibadah adalah PENGHAMBAAN!!
"Dan Rabb-mu berfirman: 'Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku, akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina'." – (Q.S. Al-Mu’min:60)
Dalam tafsir "THE MEANING OF THE GLORIOUS QUR'AN" oleh Pickthall disebutkan bahwa orang-orang yg meremehkan pelayanan Allah akan masuk neraka dengan membawa aib, merasa hina. Baik terjemahan di atas maupun terjemahan Pickthall, sebenarnya sama saja maknanya. Kalimat yg kedua itu mengiringi pernyataan bahwa Allah akan menerima doa orang-orang yg sungguh-sungguh berdoa sehingga secara utuh ayat tersebut bisa diartikan "Allah menerima doa orang-orang yg tidak menyombongkan diri untuk melayani-Nya, atau mengabulkan doa orang-orang yg tidak meremehkan pelayanan-Nya".
Kalau kita simak hadis Nabi, melayani Allah berarti melayani hamba-hamba-Nya. Memberi minum bagi yg kehausan. Memberi makan bagi yg kelaparan. Memberi pakaian bagi yg kedinginan. Mengobatkan bagi yg sakit [yang tak punya uang untuk berobat]. Mengurangi atau membebaskan penderitaan orang lain. Inilah wujud ibadah yg sebenarnya, sedangkan shalat, puasa, zakat, dan haji hanyalah CARA untuk mewujudkan ibadah yg sebenarnya. Dalam bahasa Arab, semua ritual itu disebut RIYAADHAH, atau latihan. Dalam bahasa Inggrisnya: practice, excercise. Yg dituju, ya takwa kepada Allah.
KEDUA, Allah mengabulkan doa orang-orang yg memenuhi permohonan-Nya yg tetap berada dalam keadaan beriman. Hal ini tercantum pada Q.S. Al-Baqarah: 186, tetapi ayat ini tidak berdiri sendiri. Ayat ini terikat dengan beberapa ayat sebelumnya tentang puasa, sedangkan ayat 186 itu sendiri dalam bahasa Indonesianya sebagai berikut:
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang sungguh-sungguh berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka (yg berdoa) itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada di jalan yg benar."
Jelas sekali bahwa yg disebutkan sebagai orang-orang yg berdoa dalam ayat ini adalah hamba-hamba yg berdoa. Hamba atau abdi adalah orang yg statusnya sebagai pelayan. Dalam hal ini, yg dimaksud adalah pelayan-pelayan Allah. Orang-orang yg memenuhi seruan Allah. Memenuhi seruan-Nya dalam keadaan beriman. Dengan kata lain, mengerjakan kebajikan dengan tulus. Segala kebaikan yg dilakukan bukan adanya pamrih. Ketulusan itu sendiri menyentuh inti kemanusiaan. Dan, ayat tersebut terkait dengan puasa, karena hakikat dari puasa adalah kejujuran pelaku puasa itu sendiri. Tulus, tanpa pamrih adalah wujud kejujuran seseorang. Dan, orang yg jujur adalah orang yg berani membuka topeng dirinya.
Ayat ini didahului oleh beberapa ayat tentang puasa. Dan tujuan puasa adalah menjadi orang-orang yg BERTAQWA. Orang yg senantiasa menjaga dirinya di jalan yg benar. Orang yg senantiasa mengawasi dirinya sendiri. Orang yg mampu mengendalikan egonya. Orang yg berani membuka kedoknya sendiri. Berani melepas topengnya. Orang demikianlah yg disebut dekat dengan Allah. Dan orang yg dekat dengan Allah lah yg doanya didengar.
 

Al Imam Alghozaliy menulis sebuah kisah dalam kitab Ikhya’ tentang dua orang nelayan yang pergi memancing ikan

Al Imam Alghozaliy menulis sebuah kisah dalam kitab Ikhya’ tentang dua orang nelayan yang pergi memancing ikan . Sama- sama sudah berdiri di pinggir sungai , kedua nelayan itu melemparkan pancingnya ke dalam sungai . Nelayan pertama sebelum melemparkan mata kail pancingnya itu berdo’a :
“ Bismillahi , atas nama Allah aku memancing … “
Semenjak itu , terlihat lama dia menunggu dan tidak ada satu ekor ikanpun mau memakan umpannya . ikan –ikan di dalam sungai itu seperti menjauh semua darinya . Adapun nelayan kedua saat melempar umpannya dia berdo’a :
“ Bismis syaithan , atas nama setan aku memancing … “
Semenjak kail itu menyentuh air , maka ikan – ikan seperti berebutan memakan umpannya . Dalam waktu yang tidak terlalu lama , wadah yang dibawanya dari rumah telah penuh dengan ikan hasil tangkapannya . Dengan penuh keheranan nelayan pertama berkata :
“ Apa yang terjadi ? Semenjak aku lemparkan kailku , tidak ada satu ikanpun yang memakannya .”
“ Apa yang kamu baca sebelumnya ? “ Tanya nelayan kedua .
“ Aku membaca doa , Bismillah , dengan menyebut asma Allah aku memancing . “
“ Hm,mungkin karena do’a mu itu engkau tidak dapat ikan satu ekorpun . Adapun diriku , aku membaca do’a , Bismis Syaithan , atas nama setan aku memancing . Maka aku kemudian mendapatkan banyak ikan karenanya . “
Untuk sekedar mendapatkan banyak harta dunia , banyak jalannya . Baik dengan cara yang jujur ataupun tidak .Dengan cara yang baik ataupun tidak . Kisah diatas menggambarkan ternyata cara yang baik belum tentu menghasilkan rejeki yang banyak . Sebaliknya , cara yang buruk dalam mencari nafkah itu ‘terkadang’ malah menghasilkan rejeki yang melimpah ruah . Yang demikian ini tidak perlu di isykali , karena sesungguhnya Allah Ta’ala , Dzat yang membagi rejeki mempunyai ‘maksud-maksud’ tersembunyi serta hikmah – hikmah yang tidak kasat mata .
Di riwayatkan ada dua malaikat saling bertemu . Berkatalah salah satunya :
“ Engkau dari mana ? “
“ Aku diutus Tuhanku untuk memudahkan seorang kafir yang zalim untuk mendapatkan minyak zait sebagai rejekinya . “
Yang satunya berkata : “ Adapun diriku , Tuhan telah memerintahkan aku untuk menjauhkan seorang hamba_Nya yang saleh dari minyak zait yang jadi rejekinya . “
Mengapa demikian ?
Karena Fulan yang Kafir itu banyak melakukan amal-amal kebaikan dan Allah telah membalasnya di dunia . Tetapi tinggal satu buah kebaikan yg belum Allah balas . Maka Allah inginkan satu kebaikan itu dibalas saat itu juga di dunia dengan jalan ia dimudahkan dalam mendapatkan sesuatu [ yakni rejekinya yg berupa minyak zait ] sehingga di akhirat kelak tak ada lagi tersisa satu buah kebaikan pun di dalam dirinya.
Adapun Fulan yg saleh tersebut sesungguhnya dia mempunyai banyak derajat kemuliaan nanti di surga . Tetapi tersisa satu derajat kemuliaan di surga yg belum bisa menjadi miliknya . Maka Allah kemudian mempersulit satu urusan dirinya di dunia [ yakni rejekinya yg berupa minyak zait tersebut ] sehingga ketika ia menghadap Allah kelak di Akhirat Allah mengganti kesulitan tersebut dengan satu derajat kemuliaan surga yang tersisa , menyebabkan dia menduduki derajat surganya yang tertinggi .
Dengan demikian , ada banyak perenungan – perenungan untuk kita saat kita mendapat banyak rejeki ataupun tidak mendapatkan banyak rejeki .
 

Para Sahabat r.a. Meninggalkan Tokonya Pada Waktu Shalat

Pada suatu hari, Abdullah bin Umar r.a. telah berkunjung ke pasar. Kemudian tibalah waktu utk shalat berjama'ah. Maka ia melihat setiap orang telah menutup tokonya dan segera pergi ke masjid. Abdullah bin Umar r.a. berkata "Mereka inilah orang-orang yg telah disebutkan Allah dalam Al-Qur'an. Yg artinya:
"Laki-laki yg tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yg (pada hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang." (QS. An Nuur: 37)...

Abdullah Ibnu Abbas r.a. berkata, "Mereka sangat sibuk dengan perdagangan dan jual beli mereka, tetapi jika mendengar suara adzan dikumandangkan untuk shalat berjama'ah, mereka segera meninggalkan perniagaan mereka untuk pergi ke masid."

Pada lain kesempatan ia berkata, "Demi Allah, mereka adalah para pedagang yg perdagangan mereka tidak melalaikan mereka dari mengingat Allah s.w.t."

Pada suatu ketika, Abdullah bin Mas'ud r.a. berada di pasar. Ketika terdengar adzan berkumandang, ia melihat setiap orang segera menutup tokonga dan segera berjalan menuju ke masjid. Ia berkata, "Mengenai orang-orang seperti inilah Allah s.w.t. telah berfirman. Yg artinya:
"Laki-laki yg tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan shalat." (QS. An Nuur: 37)

Nabi s.a.w. telah bersabda dalam sebuah hadits, "Pada hari Hisab nanti, ketika seluruh manusia akan dikumpulkan dalam satu tempat, dan setiap orang akan ditanyai mengenai amalannya, maka akan terdengar suara, " Siapakah orang-orang yg selalu memuji Allah pada waktu senang dan susah?" Maka sekumpulan manusia akan bangkit, dan mereka akan masuk Surga tanpa hisab. Kemudian diumumkan lagi, "Siapakah mereka yg meninggalkan tempat tidurnya dan menghabiskan waktu malamnya dgn beribadah kpd Allah dgn perasaan penuh takut dan harap?" Maka akan bangkit lagi sekumpulan manusia, mereka akan terus masuk surga tanpa hisab. Kemudian diumumkan lagi, "Siapakah orang-orang yg perdagangannya tidak menghalangi mereka dari mengingat Allah?" Juga sekumpulan manusia akan bangun dan masuk surga tanpa hisab.

Setelah ketiga kumpulan ini masuk ke surga tanpa hisab, barulah akan dimulai pengjisaban terhadap manusia lainnya.